BAB 3
STOPE DENGAN PENYANGGA BUATAN
Apabila batuan dinding atau bijih bersifat lemah dan akan terjadi runtuhan jika ditambang secara open stoping, maka diperlukan metode penyangga untuk menghindari terjadinya runtuhan waste rock, atau terjadinya penyempitan dan pelebaran stope.
Selama bertahun-tahun, timber telah menjadi alat untuk penyanggaan untuk badan bijih tipis yang tidak sesuai dilakukan penambangan dengan shrinkage stoping. Walaupun demikian, setelah penambangan dalam dan biaya timber bertambah mahal, maka semakin diperlukan alternatif lain dalam metode penyanggaan.
Selama dua puluh tahun terakhir, kecenderungan penggunaan timber telah beralih ke metode cut and fill dengan pertimbangan ;
1. Meningkatnya atau mahalnya biaya timber
2. Meningkatnya biaya buruh dan berkurangnya ahli timber (perkerja timber)
3. Berkembangnya metode penyanggaan atap, seperti baut batuan untuk melindungi pekerja dari jatuhan batuan atap
4. Berkembangnya pengisian hidraulik (hidraulic filling) yang secara mudah dapat membawa material filling ke pemuka kerja dan akan segera mengeras dengan kekuatan tinggi. Filling seperti ini akan secara menyeluruh menyangga dinding-dinding stope, mengisi rongga-rongga dan memberikan lantai kerja yang stabil dan rata untuk pekerja.
3.1 SHRINKAGE STOPING
Sebagaiman dengan sublevel stoping, shrinkage stoping diterapkan untuk badan bijih yang besar dengan kemiringan 50o – 90o (steeply). Metode ini terletak diantara kelas open stope dan filled stope. Bijih dihancurkan secara metode overhand dan dibiarkan terkumpul dalam stope. Mengingat bijih yang telah dihancurkan akan mengembang (35%), maka harus segera diambil untuk
memberikan ruangan yang cukup bagi pekerja untuk melakukan kegiatan diantara atas bijih lepas dengan atap.
Apabila bijihnya lemah, maka bagian atap di atas pekerja harus disangga dengan baut batuan selama penambangan. Dinding stope secara otomatis akan disangga oleh bijih lepas sampai kegiatan penambangan bijih selesai, selanjutnya bijih diambil secara keseluruhan, sehingga membentuk stope yang kosong yang disebut open stope atau shrinkage stoping. Dalam kasus ini, apabila dikhawatirkan akan terjadi runtuhan dan hal yang tidak diinginkan, maka stope dapat diisi dengan waste yang berasal dari stope di atasnya yang sedang melakukan kegiatan penambangan, yang disebut dengan filled stope atau shrinkage and fill.
Development yang dilakukan mirip dengan sublevel stoping, namun tidak mempunyai sublevel. Penambangan bijih dilakukan pada sayatan horizontal, dimulai daribagian atas mengarah ke atas melalui suatu manway. Manway ini dibuat dekat pillar yang memisahkan stope yang berdekatan. Pillar vertikal berukuran lebar diatas 40 ft.Cara lain untuk masuk kedalam stope adalah melalui atau membuat cribbed manway dari haulage drif menembus bijih lepas. Cribbed manway ini selalu diperpanjang mengikuti kemajuan penggalian bijih. Apabila penggalian dalam stope telah selesai dan bijih telah diambil, Pillar dapat ditambang dengan meledakkan dalam suatu stope yang telah kosong atau menggunakan square settimber support.
Gambar 3.2 memperlihatkan shrinkage stoping, dimana raise dibuat berdekatan dengan pillar vertikal disetiap sisi stope. Sedangkan cross cut dibuat untuk mengawali penambangan bijih setiap interval 25 ft, sehingga pilla vertikal akan terbagi menjadi beberapa rib pillar. Bijih lepas kemudian digali dengan sistem penggaruan melalui grizzly bars yang terletak pada scram level sebelum dimuat kedalam kereta tambang di bawahnya.
Grizzly tersusun atas sejumlah balok besi berjajar dengan jarak 4 – 8 inci yang ditempatkan dibagian atas chute untuk menghindari tersumbatnya chute oleh gumpalan bijih yang besar. Grizzly ini juga mencegah terperosoknya pekerja ke dalam chute. Bongkah bijih yang berukuran besar dapat diperkecil dengan scondary blasting langsung di dalam stope atau pada grizzly pada scram drif bersangkutan.
Aplikasi
1. Ideal untuk bijih dengan kemiringan 50o – 90o (steeply) yang lebih besar darisudut gelincir broken ore.
2. Urat sempit sampai lebar.
3. Badan bijih dengan bentuk teratur untuk menghindari losses dan dilusi.
4. Ketebalan bijih lebih dari 5 meter.
5. Hangingwall dan footwall dinding cukup stabil, sehingga crushing dan spalling bila broken ore diambil.
6. Untuk bijih yang broken ore tidak menggumpal bila ditumpuk dalam waktu lama di dalam stope dapat terjadi spantaneous combustion (broken sulphide ore).
7. Bijih harus kuat, sehingga penyanggaan pada atap minimal.
8. Kadar sebaiknya seragam, karena tidak memungkinkan sorting.
Keuntungan
1. Biaya development rendah
2. Kebutuhan timber sedikit
3. Biaya ventilasi murah
4. Sederhana dan mudah dikerjakan
5. Development cepat, sehingga recovery bijih juga cepat
6. Blokberukuran besar dapat diledakkan di dalam stope
7. Sebagian besar pekerja dapat bekerja dalam stope
Kerugian
1. Selalu terjadi runtuhan waste dari dinding yang menyebabkan dilusi
2. Sukar untuk menambang atau mengambil off-shoots
3. Bijih ditinggalkan dalam stope dengan waktu yang lama, sehingga investasi tidak segera kembali
4. Metode ini mempunyai persyaratan yang sangat ketat, dan hanya cocok pada bijih tertentu.
5. Kondisi lantai (terdiri dari broken ore) kurang nyaman untuk pergerakan para pekerja dan peralatan
6. Bijih yang terletak pada waste rock tidak dapat ditambang
7. Untuk menghindari runtuhan, maka stope perlu di filling
8. Kondisi kerja yang berbahaya, khususnya pada saat penarikan ore
Keuntungan shrinkage stoping stoping dari pada sublevel
1. Developmen lebih sedikit
2. Kontak dengan dinding cebakan lebih baik, sehingga memungkinkan memperoleh semua bijih dalam stope
3. Dinding penggalian setiap saat disangga dengan bijih lepas, sehingga lebih sedikit dilusi dari dinding.
4. Bijih dapat dihancurkan lebih kecil dalam stope
5. Dapat diterapkan pada batuan lebih lemah
Keuntungan sublevel stoping daripada shrinkage stoping
1. Resiko kebakaran lebih kecil pada penambangan cebakan sulfida
2. Konsumsi bahan peledak lebih sedikit, karena bijih lepas akan lebih terintergrasi pada saat bergerak dalam stope
3. Kondisi penerapan sublevel stoping lebih fleksibel
4. Sarana memasuki pemuka kerja lebih mudah
5. Diperlukan sedikit pekerja, pemboran dilakukan lebih efisien dengan long hole drill

Gambar 3.1 Shrinkage Stoping pada bijih vertikal yang besar

Gambar 3.2 Shrinkage Stoping dengan grizzly drift
3.2 CUT AND FILL STOPING
Metode cut and fill menerapkan urutan kerja dimana bijih diambil dalam potongan (paralel slice). Setiap potongan yang telah diambil dilakukan pengisian dengan waste fill dalam stope, hanya menyisakan ketinggian ruang yang mencukupi untuk melakukan pemboran bijih. Pekerjaan persiapan penambangan hampir sama dengan sublevel stoping dan shrinkage stoping.
Dalam metode ini, penambangan mengarah ke atas haulage way (cross cut, drive, dll) dengan membuat cribed ore chute dan manway. Material filling digunakan sebagai tempat berpijak. Apabila bijih diledakkan dan telah diambil, makatimbered chute dan manway diperpanjang sebelum dilakukan kegiatan filling.
Pada cut and fill, stoping dibuat secara horizontal atau miring. Bagian punggung (back) akan lebih mudah disangga pada stoping horizontal dibandingkan dengan kondisi stoping miring, lagi pula penggunaan lubang bor horizontal pada peledakan akan membentuk back dengan kondisi lebih baik dibandingkan dengan pemboran vertikalatau miring. Back yang miring menpunyai keuntungan bijih lepas dapat dipindahkan dengan memanfaatkan gaya berat.
Material filling seringkali berupa waste rock dari kegiatan development dan eksplorasi disekitar tambang, kemudian ditumpahkan melalui raise ke arah stope yang akan diisi. Mill tailling merupakan salah satu sumber material filling terbaik untuk mengisi stope. Apabila tailling ini telah dikentalkan menjadi sekitar
70% padatan, makatailling ini dapat dibawa melalui pipa dan ditumpahkan ke dalam stope, untuk meningkatkan kekuatan material pengisi dapat ditambahkan semen.
Aplikasi
1. Untuk menggantikan sublevel stoping dan shrinkage stoping pada penambangan yang sangat dalam, dimana tegangan batuan sangat besar.
2. Badan bijih harus kompeten mengingat pekerja harus berada di bawah back bijih.
3. Hangingwall dan footwall boleh tidak kompeten, karena batuan ini akan langsung disangga dengan material filling.
4. Bijih dengan batas yang tidak teratur dan bijih yang diskontinu, maka dilakukan penambangan pada bijih yang berkadar tinggi saja, sedangkan bijih yang berkadar rendah ditinggalkan sebagai filling.
5. Untuk mengambil pillar yang berkadar tinggi, maka pillar harus terletak di antara dua stope pada sublevel stoping.
6. Kemiringan bijih < 65o bisa menyebabkan dilusi.
Keuntungan
1. Metode filling memberikan tingkat selektifitas lebih tinggi dibandingkan dengan shrinkage dan sublevel stoping.
2. Ventilasi lebih mudah di atur pada stope.
3. Dilusidapat dilakukan semenimal mungkin.
4. Dinding di antara dua stope yang berdekatan bisa lebih tipis dibandingkan dengan metode stoping lain.
5. Stope fleksibel mengikuti cebakan sempit yang berkadar tinggi (misalnya pada urat emas).
6. Stabilitas stope dijamin dinding yang lemah disangga dengan waste filling.
Kerugian
1. Memerlukan material filling yang mahal.
2. Memerlukan lebih banyak buruh untuk menangani filling.
3. Diperlukan air yang banyak untuk pulp, dan air tersebut harus dipompa kembali ke permukaan.
4. Lebih mahal dibandingkan shrinkage dan sublevel stoping.
5. Semen dan pasir halus untuk filling bisa menyumbat pompa dan pipa.
6. Output dari stope terbatas, karena adanya kegiatan filling.

Gambar 3.3 Penambangan Metode Cut and Fill pada Bijih vertikal yang besar

Gambar 3.4 Metode Cut and Fill di Mcintyre Porcupine Mines
3.3 SQUARE SET STOPING
Pada metode ini, bekas penambangan secara sistematis disangga dengan timber. Development dilakukan hampir sama seperti stull stoping. Pada pelaksanaan stoping, suatu blok bijih dengan ukuran yang cukup (seukuran dimensi square set) diledakkan langsung dilanjutkan dengan kegiatan timbering. Sisi-sisi timber yang berdekatan dirangkai sedemikian rupa, sehingga saling memperkuat satu sama lain. Hal ini akan membentuk struktur yang menerus.
Fungsi utama square setadalah sebagai penyangga sementara terhadap dinding dan atap suatu daerah bekas peledekan dan sebagai jalan masuk ke daerah kerja. Penyanggaan permanen dinding stope dilakukan dengan mengisi rongga square set dengan material filling yang terdiri dari waste rock atau hidraulic filling. Apabila penambangan terus berlangsung, maka timbering atau filling secara bertahap juga berlangsung secara horizontal dan vertikal mengikuti bentuk penggalian bijih.
Gambar 3.5 merupakan bentuk square setstandart yang digunakan di tambang Inco’s Creighton dekat Sodbury. Stope ditambang secara overhand dengan ketinggian 7 feet setiap potongan horizontal. Potongan awal dilakukan atau diawali di atas haulage way.

Gambar 3.5 Square set stoping
Aplikasi
1. Metode ini dahulu banyak diaplikasikan, saat ini digantikan dengan metode caving dan cut fill
2. Cebakan bijih dengan nilai tinggi, dimana ekstraksi yang sempurna lebih penting dibandingkan dengan biaya penambangan
3. Cebakan dengan ketebalan lebih besar 3 meter
4. Pada cebakan yang tidak kompeten, stope memerlukan penyanggaan yang sistematis dengan timber.
5. Cebakan dengan kondisi struktural yang berubah-ubah, kemudian mempunyai off-shoots dan kantong-kantong dengan batas yang tidak teratur.
6. Cebakan yang belum diketahui atau sangat sedikit diketahui tentang karakter batuannya
7. Cebakan bijih sulphide dapat terkena oksidasi
8. Dapat mengambil pillar yang terletak diantara dua stope
Keuntungan
1. Ekstraksinya tinggi
2. Dapat diterapkan untuk menambang pada sembarang kondisi batuan
3. Bijih disangga secara menyeluruh, sehingga menimbulkan rasa aman
4. Penanganan ventilasi mudah
5. Relatif aman dari kebakaran pada penambangan bijih sulphide
6. Fleksibel, arah kemajuan stope dapat diatur mengikuti arah penyebaran bijih
7. Bisadiapilikasikan untuk segala jenis kondisi batuan
Kerugian
1. Biaya pekerja dan material sangat tinggi (extremely labour intensive)
2. Tidak memungkinkan mekanisasi secara penuh
3. Kemungkinan timbulnya bahaya kebakaran dari timber
4. Ekstraksi sangat lambat
5. Pemasukan kayu bisa menyulitkan ventilasi
6. Memerlukan material filling yang banyak
3.4 STULL STOPING
Stull stoping termasuk ke dalam metode dengan penyanggaan yang dilakukan secara overhand. Metode ini menggunakan pillar buatan dari waste rock dan stull timber yang menyangga dan melintang pada stope. Stull dipasang pada geometri yang sistematis yang berfungsi sebagai ;
- berpijak pekerja dan peluncur bijih (ore slides)
- membentuk corongan dan manway lining
- sebagai penyangga lokal
Development dimulai dengan membuat haulage drift disetiap stope blok. Kemudian membuat chute ke atas menembus bijih sebagai serana ventilasi disetiap stope dan untuk menaik-turunkan material danperalatan tambang. Ore pass dan manway diperpanjang ke atas mengikuti kemajuan penambangan. Bijih lepas di stope akan jatuh secara gaya berat dan diarahkan atau dipandu oleh papan luncur menuju ore pass dan jatuh juga ke haulage drift. Setelah penggalian kemudian disangga oleh stulls dan platforms yang dipasang melintang di bawah atau di atap tempat kerja. Apabila penambangan suatu blok telah selesai (telah mencapai ketinggian badan bijih yang ditetapkan), maka daerah bekas penambangan ditinggalkan sebagaimana adanya.
Aplikasi
1. badan bijih dengan ketebalan 5 – 7 meter
2. badan bijih dengan kemiringan 50o – 90o yang memungkinkan pemanfaatan gravitasi
3. bijih dengan kemiringan kurang dari 45o memerlukan slusher untuk mengambil broken ore
4. bijih berkadar tinggi yang lebih memerlukan recovery tinggi dibandingkan dengan biaya penambangan
5. sebagai alternatif metode cut and fill, bila material filling tidak tidak tersedia atau bila tersedia pasokan timber yang murah
6. batuan dinding cukup kompeten, sehingga rongga bekas penambangan tidak perlu difilling
Keuntungan
1. bijih dapat disortirdi dalam stope dan waste ditinggalkan di dalam stope
2. dapat digunakan untuk menambang bijih yang mempunyai batas tidak jelas
3. relatif memberikan kerja yang aman
4. dapat diubah menjadi metode lain, misalnya cut and fill
Kerugian
1. Memerlukan penyanggaan timber yang banyak
2. Dalam jangka waktu lama, kekuatan timber berkurang dan dinding stope dapat runtuh atau menimbulkan amblesan
3. Pekerja yang mahal dan sukar memperoleh buruh trampilGambar 3.6 Stull stoping
3.5 LONGWALL MINING
Longwall mining merupakan metode ekplotaitasi yang diterapkan pada cebakan mendatar, tipis dan tabular. Metode ini asalnya diaplikasikan untuk endapan batubara.
Aplikasi
1. Hanya untuk cebakan tipis (1-2 meter) dengan ketebalan merata, umumnya dengan penyebaran mendatar.
2. Untuk batuan dengan kondisi yang kompeten (misalnya tambang emas di Afrika Selatan) atau inkompoten (misalnya untuk tambang batubara) daerah kerja akan disangga
3. Kemiringan kurang dari 30o
Keuntungan
1. Ekstraksi (recovery) tinggi
2. Cepat berproduksi (pengembalian modal cepat)
3. Development sederhana hanya memerlukan haulage drift
Kerugian
1. Kedalaman rendah, kadang-kadang memerlukan unit-unit yang digerakkan secara manual (sebaliknya untuk batubara bisa dilakukan dengan mekanisasi penuh)
2. Biasanya berproduksi rendah
3. Selalu terjadi bahaya ambrukan atap
4. Memerlukan penyangga yang sistematis
5. Hanya bisa diterapkan untuk lapisan bijih tipis

Gambar 3.7 Longwall mining untuk bijih

Gambar 3.8 Longwall mining untuk batubara
3.6 UNDERCUT AND FILL
Selama bertahun-tahun, metode square set merupakan merupakan metode paling efektif untuk penambangan pillar recovery. Apabila kondisi batuan sangat jelek, square set menjadi sangat mahal dan berbahaya. Mengingat tonase yang diambil dari pillar meningkat, maka diperlukan cara lebih aman dan lebih murah.
Pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa cara terbaik untuk mengatasi batuan jelek adalah dengan melakukan penggalian dari atas ke bawah. Disini top slicing telah pula dikaji tetapi ditolak, karena akan terjadi ambrukan, walaupun demikian, ide dasar dari top slicing merupakan inspirator untuk perkembangan undercut and fill.
Metode undercut and fill telah menggantikan square set dengan mengurangi biaya, meningkatkan keamanan dan efesiensi, mengeliminasi faktor kondisi atap yang jelek, dan memberikan prediksi siklus penambangan yang lebih tepat. Hasilnya adalah memberikan ketepatan penjadwalan lebih baik terhadap produksi pillar.
Undercut and Fill merupakan metode penggalian blok bijih dilakukan secara potongan (cut) yang bertahap, dimulai dari bagian atas ke bawah. Potongan pertama umumnya dilakukan dengan metode square set. Setelah penggalian selesai, maka dipasang laminated timber stringer sepanjang sisipenggalian. Kayu gelondongan yang dilengkapi dengan anyaman kawat (wire mesh) kemudian dipasang melintang terhadap stringer, sehingga membentuk mat.
Ruang penggalian selanjutnya diisi dengan semen dan pasir secara hidraulik. Penggalian kemudian dilanjutkan pada cut dibawahnya tepat dibawah mat yang terlah terbentuk sebelumnya. Selama kemajuan penggalian, maka timber stringer disangga oleh kayu gelondongan yang bertindak sebagai postyang terletak di dasar cut yang masih solid. Pemboran, peledakan, pemindahan bijih lepas dan timbering kemudian diulang sampai seluruh bijih dalam suatu cut diambil. Saat ini telah dipakai long mat lain (misal papan) dan cut tersebut diisi. Urut-urutan ini diteruskan sampai blokpenambangan habis di setiap level.
Metode undercut and fill dikembangkan oleh Inco.ltd., pada tambang Sudbury distrik Ontario, Canada. Metode ini kadang-kadang dipakai sebagai metode utama dengan menerapkan pillar recovery. Filling dilakukan untuk mengatasi kondisi batuan yang tidak normal pada saat pengambilan pillar (pillar recovery).
Setiap metode penambangan yang menerapkan sistem pengisian, maka pillar mempunyai kecenderungan melemah seiring dengan kemajuan penambangan. Kebanyakan pillar akan runtuh pada dilakukan kegiatan pillar recovery. Kontrol atap terhadap kondisi ini menjadi masalah utama.
Pada kebanyakan metode penambangan, operasi pemboran, peledakan, penggaruan dan timbering dapat ditangani dengan mudah dalam setiap siklus
penggalian bijih, tetapi pada penambangan pillar secara metode overhand, waktu dan kesempatan untuk melakukan penyanggaan terhadap atap sangat terbatas.
Aplikasi
1. Sebagai metode untuk menambang rib pillar dan crown pillar
2. Untuk operasi penambangan batuan jelek
3. Untuk setiap kondisi dimana batuan diatas penggalian tidak dijamin karakteristiknya dengan pasti
Keuntungan
Sangat sedikit keuntungan, merupakan pilihan terakhir untuk memperoleh bijih dengan nilai ekonomis yang tinggi
Kerugian
1. Biaya mahal
2. Efesiensi rendah
3. Penggunaan material sangat banyak

Gambar 3.9 Undercut and Fill

Gambar 3.10 Cut and fill dan undercut and fill dalam blok bijih yang sama
3.7 TOP SLICING
Istilah top slicing secara umum diterapkan untuk metode penambangan dimana bijih diekstraksi (ditambang) dengan cara sepotong demi sepotong (slice by slice) dimulai dari bagian atas. Slice yang telah ditambang kemudian dipisang timber, selanjutnya diruntuhkan sebagai capping runtuh (ambruk) ke lantai slice. Penambangan pada slice selanjutnya dilakukan tepat di bawah slice yang telah diruntuhkan sebelumnya, yaitu tepat berada di bawah mat atau gob yang merupakan akumulasi timber dari slice diatasnya dan broken capping.
Istilah top slicing ini juga diterapkan untuk menambang badan bijih dengan ketebalan hanya satu slice, kegiatan dilakukan dengan jalan menambang atau pembuatan timber slice dari satu sisi bergerak ke sisi lainnya, setelah terlebih dahulu meledakkan timber. Slice yang telah diledakkan akan meruntuhkan timber dan capping ke lantai.
Pada klasifikasi metode penambangan menurut USBM, top slicing dimasukkan dalam kelompok metode caving. Secara mendasar, sebenarnya top slicing berbeda dengan metode caving. Pada metode caving hancurnya bijih disebabkan oleh runtuhan akibat pembuatan under cutting dibawah bijih. Sedangkan pada top slicing, hancurnya bijih disebabkan oleh cara yang umum yaitu pemboran-peledekan dan hanya capping yang hancur karena runtuhan.
Aplikasi
1. Bijih mempunyai capping lemah yang segera runtuh apabila penyangga dibawahnya dihancurkan (diambil)
2. Dinding-dinding lemah atau kuat. Hangingwall yang lemah sangat cocok untuk top slicing, karena hangingwall yang kuat akan gagal membentuk runtuhan yang sempurna
3. Tersedianya pasokan timber yang cukup dan murah
4. Diijinkan terjadinya amblesan dan runtuhan permukaan tanah
5. Mengambil pillar diantara stope pada badly broken ground, sehingga tidak memungkinkan ditambang secara overhand stoping
Keuntungan
1. Merupakan metode yang aman untuk heavy ground, dimana tidak ekonomis dan aman ditambang secara overhand stoping
2. Ekonomis, khususnya apabila timber tersedia dengan harga murah
3. Ekstraksinya tinggi dan secara teoritis tidak terjadi dilusi dari capping dan walls
4. Aman, khususnya apabila pengawasan dilakukan dengan memadai
5. Apabila kondisi pasar tidak memungkinkan penambangan lanjutan, maka stope atau slice dapat diledakkan, sehingga badan bijih tetap berada dalam kondisi yang baik
6. Setelah development selesai, maka dapat segera dilakukan penambangan terhadap bijih. Biaya development heading pada top slicing sekitar 20% daribiaya penambangannya
Kerugian
1. Jika timber dan lagging tidak dapat dipasok dengan cukup dan harganya mahal, maka top slicing memerlukan biaya tinggi
2. Lebih mahal dari metode lainnya yang dapat diterapkan untuk kondisi yang sama, walaupun metode lain tersebut mempunyai ekstraksilebih rendah dan dilusi yang tinggi
3. Tidak cocok untuk kondisi permukaan yang tidak diperkenankan terjadinya amblesan, walaupun demikian endapan tipis dan kondisi penambangan yang dalam (deep mining) masih dapat diterapkan
4. Ventilasi sulit, khususnya apabila mat telah tebal dan untuk badan bijih sulfida yang apabila tersingkap pada udara terbuka akan menghasilkan panas dan gas. Untuk mengatasi ini cukup dengan memasang booster fan disetiap slice.
5. Akumulasi timber sering menimbulkan bahaya kebakaran, walaupun demikian kebanyakan aplikasi top slicing pada kondisi bawah atau lembab dapat mencegah terjadinya kebakaran
6. Untuk mendapatkan output yang besar memerlukan working place yang
besar pula
7. Periode development sebelum diperoleh produksi relatif lama. Laju output tidak dapat ditingkatkan dengan segera untuk memenuhi kebutuhan pasar
8. Kegiatan timbering dan peruntuhannya memerlukan (menyita) waktu, sehingga mengurangi waktu untuk breaking dan mucking
9. Pengangkutan timber dan lagging, papan-papan dan kabel-kabel memerlukan biaya yang mahal, mengingat material tersebut diperlukan dalam jumlah yang banyak dan kadang-kadang harus dibawa dari tempat yang sangat jauh
10. Kadang-kadang proses runtuhnya capping dan timber mat di atas suatu slice tidak lancar dan membentuk rongga besar, sehingga kemungkinan dapat terjadi runtuhan massa batuan yang besar
11. Tidak dimungkinkan dilakukan sorting terhadap waste pada suatu stope atau tidak dimungkinkan meninggalkan barren rock di stope

Gambar 3.11 Top Slicing pada Deposit Masif

Gambar 3.12 Top Slicing pada Cebakan Tebal

Gambar 3.13 Top Slicing pada Cebakan Tipis

0 komentar:
Posting Komentar